Pekanbaru-Sebagai salah satu upaya menumbuhkan jiwa kepemimpinan sejak dini, SMA Abdurrab Boarding School Pekanbaru menggelar kegiatan Super Camp 2018. Terdiri dari empat Ustad dan lima Ustadzah, panitia santri kelas XI serta peserta santri Kelas X, kegiatan yang berlangsung dari Sabtu (7/9) hingga Minggu (8/9)) diadakan di Bumi Perkemahan Desa Gema, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
Muhammad Rio Alfiqri SE. Sy, Kepala Sekolah SMA Abdurrab Boarding School, menjelaskan salah satu agenda dari iven leadership itu, guna menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri para santri.
"Pada kegiatan ini para santri juga dilatih disiplin terhadap waktu, membangun kebersamaan dan kemandirian. Di samping itu, lebih mendekatkan diri kepada Allah, menumbuhkan ukhuwah islamiyah, membentuk pribadi yang kuat rohani dan jasmani," ungkapnya.
Pelepasan dilaksanakan di halaman SMA Abdurrab Boarding School, Jalan Bakti, Tangkerang Barat, Pekanbaru. Sesampai di lokasi, para peserta melakukan Salat Subuh berjamaah. Usai itu, santri mendirikan tenda, kemudian dimulailah upacara pembukaan dalam nuansa Pramuka.
Beberapa sajian menjelang bergulirnya aneka agenda, diantaranya pembacaan Surah Al Kahfi secara berjamaah dipimpin Harkan, salah satu peserta. Salat Jumat di lapangan bumi perkemahan dengan petugas kelas IX mulai dari muazin (Ridho), khatib (Yahdan Daulay) dan imam (Muhammad razmi).
Panitia M Azhari Sulaiman, menyampaikan adapun materi yang disuguhkan kepada peserta prihal Penanaman Dasar Kepramukaan dan Hasta Karya, yakni memanfaatkan alam sekitar untuk menghasilkan bermacam karya.
"Juga dilakukan musyawarah ambalan untuk memilih kepengurusan pramuka yang baru. Hasilnya Afdi Farhan Dan Sri Khairany (Dewan Ambalan Ikhwan/akhwat), Aulia Ridho Nasution dan Ulafatul Maula (Pemangku Adat Ikhwan/akhwat), Nabhan Zakhwan dan Larasati Damastiti (Kerani Ikhwan/akhwat), Dzifii Hasibuan dan Khaila Melani (Bendahara ikhwan/akhwat)," tuturnya.
Super Camp kali ini juga menawarkan aksi pentas seni diterangi api unggun. Berikutnya ada hiking, start dari bumi perkemahan finish di air terjun Batu Dinding. Untuk mencapai tujuan, peserta mesti melewati empat pos, dimana setiap pos memiliki tantangan tersendiri, sebelum peserta benar-benar merasakan sejuknya air yang serasa dihamburkan dari puncak pegunungan.
Berhenti sampai disitu? Tidak juga. Buat comeback ke perkemahan, para peserta mesti mengayuh sampan menyusuri Sungai Subayang sembari menikmati kekayaan alam hayati di bawah rindangnya spesies flora berbagai rupa.
Sebagai pamungkas, meski di alam terbuka para peserta tetap diwajibkan menyelesaikan tilawah, zikir, Tahajud dan Dhuha, sebagaimana biasa dilakukan saat di asrama. Maka, jadilah murojaah hapalan Alquran mengalun syahdu dari bibir para santri sepanjang perjalanan pulang. (medcen/alan/man)